Kegemaran Menonton Filmku

Salah satu kegemaranku adalah nonton film. Bila dirunut ke belakang, rasanya ini dimulai sejak zaman SD, saat di Cepiring. Ketika itu, tinggal tepat di sebelah satu-satunya gedung bioskop di sana: Sri Agung. Bioskop kala itu tidak hanya dimonopoli oleh segelintir pengusaha, di daerah-daerah banyak bisa ditemui bioskop, yang gedungnya terpisah dari pusat perbelanjaan. Memang tidak semewah sekarang, tapi banyak kalangan yang bisa dengan cukup mudah untuk menonton film di bioskop.

Masa itu, masih dipajang gambar-gambar film yang sedang diputar, yang akan diputar dan yang akan datang. Juga, ada mobil yang berkeliling yang memberitahukan orang-orang film yang saat itu diputar, juga disebarkan poster film dalam ukuran mini. Dari gambar dan poster film yang dipampang, aku mulai mengenal nama-nama pemeran, khususnya pemeran film yang bukan dari Indonesia. Dulu caranya adalah akan aku baca nama-nama pemeran utamanya, sambil mengingat-ingat wajah yang muncul di gambar atau poster tersebut. Bila suatu saat nama itu muncul di film lain, maka aku berpikir, “Oh Si Ini namanya Ini tho”.

Di era awal 1990-an, film yang diputar, kurang lebih sama dengan yang diputar saat ini, film Indonesia, Holywood, Mandarin dan Bollywood. Dengan berbagai macam genre. Hampir semua genre film, dulu juga aku tonton. Kecuali yang film dewasa, dengan poster-poster yang cukup vulgar. Kalau mau nonton film, pasti ditanya film apa dan untuk usia berapa. Yang diperbolehkan adalah yang Segala Umur dan yang 13 tahun keatas.

Selain mendapatkan referensi film dari bioskop, aku juga mendapatkan hal itu dari TV. Ketika TV hanya ada TVRI. Filmnya juga terbatas, biasanya diputar malam hari, setelah Dunia Dalam Berita. Jam yang dulu terasa sangat malam, karena jam-jam tersebut rasa kantuk sudah sangat-sangat. Yang bisa aku ingat tidak banyak, film Friday The 13th salah satunya, menjadi tonggak pertama mengapa aku saat ini suka banget dengan genre film horor dan misteri.

Ketika pindah ke Kota Tegal, rupanya kegemaran itu tidak lantas hilang. Meskipun tak lagi tinggal di dekat bioskop, dan harus naik sepeda atau becak kalau mau nonton film di bioskop. Di masa SMP, saat itu sangat gemar nonton film Mandarin, baik di video player maupun di bioskop. Plus, dulu sering nontonnya sama salah satu sahabatku dari SMP dan SMA yang punya kegemaran yang sama: nonton film Mandarin.

Tidak lama setelah itu, muncul banyak stasiun TV swasta, yang menjadi sebab bangkrutnya bioskop-bioskop di daerah. Film-film yang diputar di TV swasta sangat cepat, bioskop jadi kalah saing saat itu. Perfilman Indonesia yang saat itu sudah lesu, makin lesu. Tontonan orang menjadi berubah, bukan hanya film Indonesia dan Holywood, tapi mulai dari sinetron, film India, film mandarin cerita silat, juga telenovela menjadi tontonan yang setiap hari mewarnai layar TV.

Saat kuliah di Purwokerto, zaman sudah berubah juga. Era di mana VCD menjamur. Persewaan VCD film pun marak pada saat itu. Menjadi member dari tempat penyewaan VCD adalah kunci. Juga sebisa mungkin saling pinjam dengan kawan lainnya yang juga menyewa. Bukan hanya film layar lebar tetapi juga serial TV. Untuk serial TV ini, paling sering adalah genre superhero dan misteri yang aku ikuti.

Zaman VCD ternyata hanya sekilas saja, ketika koneksi internet mulai bangkit, aku jadi lebih sering download file nya. Aku kumpulkan semua film hasil download ini di salah satu external harddisk. Dulu, saat di Bandung, downloadnya di kantor, kadang harus nunggu seharian agar bisa selesai. Paling jos kalau pas monitoring visit, dapat penginapan dengan koneksi internet yang lumayan, alhasil langsung nimbrung download, mumpung.

Saat ini tak terhitung berapa jumlah file film yang aku punya. Genrenya macam-macam. Tapi tidak untuk genre thriller yang mempertontonkan adegan potong-memotoh tubuh. Bisa kebayang-bayang lama di kepalaku. Kegemaran untuk download masih ada, cuma nggak segetol dahulu. Saat ini dengan koneksi internet yang lumayan dan kuota yang berlimpah (nebeng wifi yang ada), aku bisa cukup streaming dari laptop atau HP. Teman-teman kantor pun ada beberapa yang ikut menikmati hasil download yang sudah terkumpul. Yah, meskipun belum semua aku tonton, paling tidak bisa berbagi dengan yang membutuhkan.

Jakarta, 9-10 Juni 2020

Menonton dan Menikmati Film

Cinemas
Beberapa bioskop yang saat ini ada di Jakarta

Berbicara tentang menonton film, artinya menarik ingatanku kembali ke tahun 1989 – 1991, kelas 3 sampai 5 SD, di Cepiring, Kab. Kendal. Di masa itu, aku tinggal dekat sekali dengan Gedung Bioskop Sri Agung.

Harga tiketnya masih Rp. 500,- untuk waktu regular dan Rp.250,- untuk extra show (jam 11 siang di hari minggu). Sempat naik menjadi Rp. 700,- untuk regular show.

Aku mulai mengingat nama-nama pemeran film dengan melihat poster-poster yang dipajang. Tidak seperti sekarang, poster film zaman itu lumayan banyak menunjukkan adegan-adegan dalam film. Menghapalkan dengan mengingat nama dan wajah-wajah kemudian membandingkan dengan film-film selanjutnya.

Aku ingat, di setiap poster film pasti disebutkan “Segala Umur“, “Untuk 13 tahun ke atas” atau “Untuk 17 tahun ke atas“, bahkan di loket pembelian tiket pun dipasang. Saat itu, ada ketidaknyamanan bila aku mau membeli tiket saat yang diputar adalah film yang “Untuk 17 tahun ke atas“. Bebeda sekali dengan sekarang di mana sulit kita temui film yang diputar itu masuk kategori apa, namun bila jeli di layar TV tepat dibelakang penjualan tiket di situ tertera nama film, jam tayang dan kategori filmnya.

Dengan banyaknya artikel dan majalah yang membahas tentang film-film baik yang akan, sedang maupun sudah tayang, penonton sekarang menjadi punya ekspektasi yang cukup tinggi terhadap sebuah film, tak jarang bila setelah menonton film mereka kecewa karena tidak seperti yang dibayangkan atau tidak seperti review yang dia baca. Menurutku sih, menonton itu lebih nikmat kalau kita benar-benar mengikuti alur cerita dan menemukan sendiri berbagai rasa di film itu.

Belakangan ini aku rajin untuk memberi rating setiap film yang aku tonton melalui aplikasi IMDb dan Movie Mates. Paling tidak memberi sedikit sumbangan “suara” bahwa sebuah film bagus atau tidak. Namun semuanya dikembalikan kepada si penikmat film itu sendiri.

Sudah dari dulu pula aku suka menonton berbagai film serial. Bahkan dahulu pernah dengan rajinnya menonton film serial silat mandarin, dengan video player beta. Kebayang khan harus seberapa tumpuk tuh kalo serinya lebih dari 20. Kemudian rajin nonton film seri di TV swasta, seperti The X-Files, Dawson’s Creek, Friends dan lainnya. Sekarang tinggal beli dvd-nya di Glodok atau ITC terdekat atau download aja… langsung bisa menikmati serialnya.

Punya teman yang hobi juga nonton itu juga seru. Bisa saling tukar informasi tentang film yang keren atau sekedar beropini tentang sebuah film. Tidak harus sama-sama suka, yang penting bisa saling berbagi cerita.

Sudahkan nonton film pekan ini?